Page

12/06/12

Pesan yang tersirat dalam film "Soegija"

Mulai hari Kamis, 7 Juni 2012 kemarin,
telah dirilis sebuah film mengenai Pahlawan Nasional Indonesia,
yang juga merupakan seorang uskup pribumi pertama di Indonesia,
yaitu Mgr. Albertus Soegijapranata.

Film ini boleh dibilang tidak memiliki alur cerita yang jelas,
film soegija tidak memiliki apa yang disebut sebagai narasi, pembukaan, pengenalan tokoh, latar belakang, klimaks dan anti klimaks yang seperti dimiliki oleh film-film kebanyakan,

Film ini berupa potongan-potongan kisah yang telah diramu dengan apik dengan didukung oleh musik yang sangat menarik, dimana banyak lagu-lagu rohani dan lagu daerah dimasukkan di dalamnya, membuat film ini bercorak 100% Indonesia.

Tokoh utama dalam film ini adalah Soegija, tetapi sosok yang lebih banyak tampil adalah Mariyem, yang dengan gagh berani menyatakan bahwa dirinya adalah Ibu dari semua orang yang sakit, seorang anak berkulit negro yang buta huruf tetapi memiliki rasa nasionalisme yang kuat, seorang pemimpin kelompok pejuang, seorang penyiar radio tradisional yang selalu mengobarkan semangat juang pada seluruh bangsa Indonesia, Ling-ling, seorang anak kecil yang polos, juga seorang tukang foto Belanda yang cukup tersiksa dengan keadaan yang terjadi yang diakibatkan oleh para penjajah Belanda, yang merupakan temannya sendiri.

Kisah film ini dimulai dengan keadaan penjajahan Belanda di Indonesia, lalu pelantikan Romo Soegija sebagai Uskup pribumi pertama di Indonesia, keadaan dimana Soegija berjuang demi rakyat dengan mencari bantuan dari luar negeri dan mengajukan gencatan senjata, sehingga Belanda akhirnya mau mengakui kedaulatan Indonesia, dilanjutkan dengan masuknya Jepang ke Indonesia yang pertama disambut dengan hangat oleh rakyat, tapi ternyata berbalik menjajah rakyat seperti halnya Belanda, kembalinya Belanda pada agresi militer ke-2 mengingkari gencatan senjata dan berniat menjajah kembali, sampai pada akhirnya Belanda kalah.

Meskipun film ini tidak memiliki alur cerita yang jelas dan runtut, tetapi film ini sarat dengan pesan-pesan bermakna, khususnya bagi para pemimpin dan bagi seluruh rakyat Indonesia pada umumnya.

Berikut adalah beberapa pesan yang saya dapat dari film "Soegija", antara lain:
1. Untuk apa menjadi bangsa yang MERDEKA jika GAGAL mendidik diri sendiri,
dalam pesan ini, dikatakan bahwa saat ini memang benar bangsa Indonesia telah merdeka, kita telah merdeka selama 67 tahun, tetapi hingga saat ini, kita masih belum BENAR-BENAR MERDEKA,,

2. Memang sulit untuk hidup dalam sebuah bangsa yang memiliki beraneka ragam bahasa, agama, suku dan budayanya, tetapi kerukunan dapat kita usahakan jika kita SALING MENGHORMATI.
Inilah semangat dari BHINEKA TUNGGAL IKA, berbeda-beda tetapi tetap satu, dan hal inilah yang saat ini tampaknya mulai luntur dan hilang dari masyarakat kita, sebuah perbedaan seringkali malah dianggap sebagai hal yang kurang baik, dan harus dihilangkan,,
3. Orang PINTAR koq malah ambil uang rakyat "Wong pinter koq malah njupuki dhuwite rakyat"
Sebuah kenyataan yang juga terjadi saat ini, dimana banyak para pejabat dan petinggi negara kita mengambil uang rakyat, dan menggunakannya untuk memperkaya diri sendiri atau golongannya, KORUPSI seakan menjadi sebuah budaya dalam sistem pemerintahan negara kita ini, sehingga para pejabat negara semakin kaya, tetapi rakyat semakin miskin.
4. Tidak ada orang yang dapat merencanakan kita LAHIR SEBAGAI APA, tetapi kita dapat MEMILIH PEMIMPIN yang dapat memberikan yang terbaik bagi kita.
Seringkali masalah yang terjadi saat ini adalah karena masyarakat telah dibodohi oleh pemimpin mereka yang notabene telah dipilih sendiri oleh masyarakat, karena saat pemilihan umum, dia telah berjanji untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat, bahkan memberikan banyak uang bagi orang yang memilih mereka, tetapi pada saat mereka terpilih, semua janji yang telah mereka ucapkan seolah hangus dan hilang ditiup angin, bahkan seringkali sangat bertolak belakang dengan apa yang mereka katakan saat pemilu.
5. Pemimpin harus BEKERJA dan BERKORBAN untuk rakyatnya.
Sebuah pesan pendek bagi para pemimpin yang seringkali setelah menjadi pemimpin, mereka ingin dihormati dan dihargai oleh rakyat, tetapi mereka tidak mau melayani dan berkorban bagi rakyatnya,
6. Di masa kemerdekaan ini, kita tidak cukup hanya hidup dengan cinta dan perhatian, tetapi kita harus berperang dengan lemah lembut demi satu kata KEMANUSIAAN.
Ini hal yang saat ini seringkali terlupakan oleh kita, karena merasa sudah merdeka, kita hidup dengan bebas dan merdeka, tetapi kita lupa bahwa ada satu hal yang penting kita lakukan yaitu berjuang demi kemanusiaan, sehingga semua manusia merasa dimanusiakan dan ikut merasakan kemerdekaan itu sendiri, khususnya bagi orang-orang yang miskin dan menderita di sekitar kita, yang tidak pernah merasakan kemerdekaan itu sendiri,
7. Jika kelaparan, biarlah para romo yang pertama kali merasakan KELAPARAN, dan jika kenyang, biarlah para romo yang terakhir merasakan KEKENYANGAN.
Hal ini bukanlah berarti hanya untuk para romo, romo disini juga dapat berarti sebagai pemimpin, dimana mereka seharusnya berani berkorban demi rakyatnya, jika rakyat kelaparan, biarlah para pemimpin yang pertama merasakannya, tetapi jika rakyat kenyang, biarlah para pemimpin yang terakhir merasakannya,
8. Seorang pemimpin harus belajar mengenai politik dan kemanusiaan, jika tidak mereka akan menjadi BENALU-nya politik.
Ini juga merupakan salah satu tamparan keras bagi para pemimpin, bahwa syarat utama mereka menjadi seorang politikus adalah memahami mengenai politik dan kemanusiaan, sehingga dengan demikian, mereka tidak malah menyengsarakan rakyat dengan politik yang diikutinya.
9. Wahai Pemimpin, ingatlah DARAH PARA PAHLAWAN yang telah menjadi pupuk bagi tanah air ini,
Hal ini sesuai dengan sebuah semboyan 'bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya', tetapi sayang sekali saat ini semboyan ini seakan telah hilang dan dilupakan oleh bangsa Indonesia, dengan para pemimpinnya yang sibuk membuat berbagai anggaran fiktif untuk menghabiskan jatah uang rakyat, membuat alibi dan pembelaan untuk menutupi pelanggarannya, sehingga lupa dengan rakyatnya yang dibawah, yang hidup masih sangat jauh dari layak, yang menderita dan sering tidak makan hanya demi mencari sesuap nasi,
10. Ini adalah tempat suci, saya tidak akan memberi izin, penggal dahulu kepala saya, maka tuan baru boleh memakainya,
Sebuah kata-kata yang penuh prinsip dan tegas, yang diucapkan oleh seorang pemimpin, yang dengan berani bersedia berkorban bagi rakyat yang menderita,



Itulah beberapa pesan yang tersirat dan tersurat dalam film "soegija" ini, mungkin masih begitu banyak pesan yang lain yang dapat kita ambil, tetapi berhubung filmnya memang sangat menarik, sehingga saya sibuk menonton dan hanya dapat mengambil 10 pesan diatas,

Inti dari pesan diatas adalah bagi para pemimpin :
Jadilah pemimpin yang berani berkorban, melayani dan berjuang demi nama rakyat, memahami politik dan kemanusiaan, membuat orang lain juga merasakan kemerdekaan, serta tidak lupa untuk mengingat segala jasa dan pengorbanan para pahlawan yang telah tertumpah demi satu kata "MERDEKA."

bagi rakyat Indonesia :
Kita telah merdeka, dan perjuangan meraih kemerdekaan ini tidak dilakukan dengan mudah dan cepat, melainkan dengan banyak perjuangan para pendahulu kita, dimana mereka terdiri dari bermacam-macam agama, suku dan budayanya, maka marilah kita bersama-sama mendidik diri kita sendiri dan orang lain untuk dapat mengisi kemerdekaan ini dengan hal yang baik, menjaga kerukunan dan kedamaian ini dengan hidup bersama dengan saling menghormati tanpa menonjolkan perbedaan yang ada.

MERDEKA!!

____________________________________________________
Totality & Loyality Everywhere



Tidak ada komentar:

Posting Komentar